Rabu, 03 Juli 2013

MENTORINGKU SEJARAHKU


                  Gubraakk!! Aku beserta perlengkapan ospekku terjatuh di depan SMA Colombia. SMA swasta bernuansa islam yang disetarakan dengan negeri. Semua matapun tertuju padaku. Seorang senior laki-laki dengan wajah garangnya menghampiriku yang sedang berusaha untuk bangkit.
            “Hey anak baru, udah terlambat, cari perhatian pula, buruan masuk ke barisanmu!!”
            “Eh, iya kak.” Jawabku.
Dengan nafas yang masih terengah-engah, akupun berlari dan berusaha mencari barisanku dengan kode kelompok bertopi merah. Dalam barisan, aku bertemu dengan seorang wanita berjilbab besar dan ia mengajakku berkenalan lebih dulu.
            “Hai, aku nisa. Kamu teh siapa?” katanya dengan menjulurkan tangan dan tersenyum.
            “Oh iya aku amel.” jawabku.
Kamipun saling berjabat tangan dan saling melemparkan senyum termanis. Namun, adegan tersebut tidak lama dibuyarkan oleh seorang senior.
            “hey kalian berdua!! Siapa yang ngebolehin kalian kenalan di barisan ini? Baris yang rapi!! Belum waktunya kalian sok kenal sok dekat. Mengerti!!
            “I..iya kak.”
            “Ngomong apa kalian? Kalo jawab tuh yang keras!!”
            “Iya kak!!” teriakku dan nisa.
            “Nah gitu. Jangan mentang-mentang jilbab besar, suaranya dilembut-lembutin.”
            “Apa maksud perkataannya? Dia menyindir teman baruku. Huh kenapa nisa diam saja? Kalo aku jadi dia, sudah kulempar sepatuku ke mulutnya.” Batinku dengan menghela nafas.
Masa ospek berjalan begitu menegangkan namun menyenangkan karena selain aku mendapat teman-teman baru dengan berbagai karakter, dalam acara tersebut diselingi beberapa hiburan menarik, serta materi-materi tentang masa SMA yang akan kujalani. Aku berteman dengan susi yang centil dari Jakarta, sri yang anggun dari NTB(Nusa Tenggara Barat), dan nisa yang murah senyum dari Bandung. Sedangkan aku sendiri asli dari jawa. Kami selalu bersama-sama sejak kami resmi berteman. Ke kantin, berangkat sekolah, di kelas, hingga pulang sekolah pun kami bersama-sama.
Hingga suatu hari ketika di kantin kami makan bersama dan bercakap-cakap mendiskusikan sesuatu.
“Eh aku teh udah ikut organisasi ROHIS loh. Kumaha kalian teh udah ikut organisasi apa?” Kata nisa.
“Mm.. kalo gue ikut ekstrakurikuler paduan suara ajah udah cukup deh kagak mau nambah-nambah.” Sambung susi.
“Kalo daku ikut OSIS biar bisa deket ma guru-guru.. hihihi.” Lanjut sri.
“Hm.. dasar kamu teh ada maunya. Kalo kamu mel kumaha?” tanya nisa.
“Aku ikut apa yah..? Ndak tahu nih mau ikut apa. Habis banyak banget pilihannya, bagus-bagus dan asyik-asyik pula jadi bingung deh ikut yang mana.” Jawabku.
“elo kan orangnya semangat mel. Kenapa gak ikut taekwondo ajah. Kan keren tuh dan gue rasa cocok banget buat elo. Apalagi ada abang andi yang dulu bentak-bentak elo terus waktu ospek. Wah kesempatan tuh buat balas dendam..hohoho.” kata susi.
“Hus jangan balas dendam gitu atuh. Kan gak baik euy. Lagian ospek itu kan tujuannya uji mental kita yah dimaklumin ajah kalo akang-akangnya pada galak gitu. Mending ikut ROHIS bareng aku mel. Selain kita bisa nambah ilmu agama kita dikit-dikit, insyaALLAH kita juga bisa menanam pahala dikit-dikit disana.” Ajak nisa.
“Iya deh maaf bu ustadzah hehe. Emang ngapain ajah kegiatannya nis? Gue denger-denger tiap tahun ada agenda wajib mentoring yah yang katanya ROHIS itu yang buat.” Celetuk susi.
“Mentoring..?Makanan apaan tuh?” tanyaku dengan dahi yang mengkerut.
“Hahahaha..!!” tiba-tiba semua tertawa mendengar ucapanku barusan.
“mel.. mel.. itu bukan makanan, tapi sejenis pertemuan gitu dah. Lebih jelasnya, dijelasin bu ustadzah dah ni..hehe.” kata susi.
“Hm..okeh, jadi mentoring itu teh emang sebuah pertemuan, bener kata susi. Tapi pertemuan ini kayak sebuah forum yang di dalamnya mendiskusikan sesuatu karena mentoring adalah diskusi terfokus. Banyak macamnya mentoring itu. Kalo yang dibuat sama ROHIS disini, diskusinya terfokus dalam hal keagamaan apalagi sekolah kita nuansa islami tuh.” Jelas nisa.
“Kalo yang sembunyi-sembunyi itu apaan nis?? Yang kalo gak salah gue pernah nonton Sang Murabbi judul filmnya.” Tanya susi.
“Oo.. Kalo itu teh jaman dulu jamannya soeharto euy masih dicurigai gitu jadi pada sembunyi-sembunyi biar tetep jalan. Nah kalo sekarang malah dianjurkan soalnya udah terbuka dan emang manfaat banget buat kita apalagi remaja kayak kita-kita ini.” Jelas nisa.
“Tetooott tetoott tetooott” (bel masuk kelas berbunyi)
Ketika di kelas..
            “Yak anak-anak kita lanjutkan pembahasan minggu lalu yah.” Himbau guru.
Namun, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kelas.. “tok.. tok.. tok.. tok..”
            “Assalamu’alaikum bu, saya mohon izin untuk mengumumkan sesuatu.” Kata nisa.
            “Wa’alaikumsalam, Oh ya silahkan cah ayu.” Kata guru dengan senyumnya yang sumringah.
            Nisa yang kini sudah bergabung dalam organisasi keislaman itu mengumumkan kegiatan mentoring yang baru saja istirahat tadi kami diskusikan. Dan kegiatan perdana itu akan diadakan setelah bel pulang sekolah nanti secara beramai-ramai.
“tetooott..tetooott” (bel pulang sekolah)
            Kamipun para siswa baru berbondong-bondong menuju ke satu aula kosong yang disana sudah ada beberapa orang yang tampaknya senior dengan kostum mereka yang agak unik menurutku. Yang putri berjilbab besar sama dengan nisa dan yang putra bercelana panjang agak cingkrang ujungnya seperti baru melewati kawasan banjir pikirku. Namun ada sesuatu yang entah kenapa selain heran ku melihat mereka, seperti ada yang membuatku tertarik dengan mereka. Mm.. yah karisma, mereka memiliki karisma dengan senyuman yang mereka lemparkan. “sebenarnya apa yang ada dibalik semua ini?” pikirku.
            Tidak lama setelah senior-senior tadi memperkenalkan diri mereka masing-masing, dibentuklah kami dalam beberapa kelompok dan ternyata nisa juga termasuk peserta sama sepertiku. Entah kebetulan atau apa, aku, sri, susi, dan nisa berada dalam satu kelompok.
            “Nah temen-temen perkenalkan nama mba, nurhayati. Temen-temen bisa panggil mbak nur ajah.” Kata senior.
            “Hari ini dalam mentoring perdana, kita awali dengan saling ta’aruf. Karena tak kenal maka ta’aruf.” Lanjutnya.
            Kamipun hanyut dalam suasana saling mengenal satu sama lain dalam kelompok tersebut. Hingga akhirnya...
            “Alhamdulillah, pertemuan kita dengan momen ta’aruf berjalan lancar. Selanjutnya, kita menentukan waktu yang pas untuk pertemuan selanjutnya.” Sambung senior.
Namun tiba-tiba...
            “Bentar mbak.. sebenarnya mentoring ini wajib gak sih dari sekolah?” tanya susi.
            “Mm.. okey, mentoring ini memang tidak wajib dari sekolah. Namun, mentoring ini dapat menjadi penambah nilai pelajaran agama temen-temen. InsyaALLAH selain yang tadi, masih ada banyak lagi manfaat mentoring ini. Jadi, mbak harap temen-temen bisa rutin mengikuti agenda ini.” Jawab senior.
Semuanya hanya terdiam dan mengangguk-angguk..
            “Oh ya mba gimana teh kalo hari jum’at ajah pas yang laki-laki pada jum’atan.” Sambung nisa.
            “Mm.. boleh boleh. Gimana temen-temen yang lain?”tanya senior
            Beberapa ada yang menjawab “insyaALLAH yah mbak” dan yang lainnya hanya diam dengan mengangguk-angguk saja. Akhirnya terputuskanlah hari jum’at adalah hari agenda rutin mentoring aku dan teman-temanku dalam kelompok tersebut.
Jum’at depan kemudian...
            “Eh mel langsung pulang ajah yuk. Paling juga gak wajib kok mentoringnya.” Ajak susi.
            “Ih kan lumayan buat nambah-nambah nilai agama kita.” Kataku.
            “Nilai agama gampang kok dapet bagusnya. Udah yuk, gue udah pernah ikut mentoring gitu. Adanye ngebosenin tahu.” Kata susi.
            “Hemm... emang gitu yah?? Heranku.
            “iyah percaya deh, buruan mau ikut pulang gak? Keburu mbaknya datang tuh. Ntar gak bisa kabur kita.” Kata susi.
            Dengan keherananku, susi menarik tanganku dan sukses mengajakku untuk kabur dalam mentoring jum’at itu.
            Begitulah terus-menerus aku dan susi kabur di jum’at-jum’at berikutnya hingga aku terbiasa mengendap-ngendap dengan bersembunyi ketika ada mbak senior itu. Terkadang kami nyaris ketahuan ketika ingin kabur. Namun, kami tetap berlari untuk kabur.
Hingga suatu hari...
            “Mel elo kenapa?? Kok pucat gitu?? Tanya susi.
            “Gak tahu nih. Rasanya pusing, mual, masuk angin kali yah.” Jawabku dengan lemas.
            Lalu ketika kami hendak mencoba kabur untuk yang ke sekian kalinya, aku merasa lemas dan tak berdaya untuk berlari. Susi menggandeng tanganku dan mengajakku berlari. Namun, tiba-tiba pandanganku gelap dan saat itu juga tubuhku terjatuh. Bruuuk!!
            “Eh mel kamu kenapa?? Meellll!!!”
            Saat itu juga susi panik dan berteriak2 meminta tolong orang sekitar. Dan tidak lama badanku terasa terangkat namun aku tak mampu untuk membuka mata dan bergerak. Aku hanya mendengar suara-suara seperti di keramaian hingga akhirnya aku pun terlelap.
            Dalam tidurku aku bermimpi. Aku memasuki sebuah lorong yang gelap namun tampaknya luas. Tidak lama aku melihat ke arah atas ada 2 cahaya yang berbeda sebelah kanan dan kiri. Sebelah kanan tampak cahaya putih yang bersinar dan serasa damai. Sedangkan sebelah kiri tampak cahaya merah yang menyala-nyala bersamaan dengan suara-suara teriakan seperti orang yang sedang disakiti. Saat itu juga aku berpikir bahwa kedua tampilan itu adalah surga dan neraka. Dan aku terus berjalan melangkah hingga aku bertanya pada diriku sendiri, surga atau neraka??
            “Mel.. bangun mel..”
            Tidak lama aku terbangun dan terkejut melihat banyak orang di sekelilingku. Namun entah kenapa aku hanya dapat diam setelah aku sadar. Begitu banyak yang menanyakan keadaanku namun aku tidak menjawabnya. Rasanya mimpi itu masih terngiang-ngiang dalam pikiranku dan menghipnotisku sementara.
            Hingga disaat aku hanya berdua dengan seniorku itu, mbak nurhayati. Beliau menanyakan keadaanku dengan senyumannya yang meneduhkanku. Entah kenapa akhirnya aku mulai berbicara.
            “Saya udah gak apa-apa mbak. Cuman tadi saya memimpikan sesuatu.”Kataku.
            Aku pun menceritakan yang ada di pikiranku kepada mbak nur. Beliau hanya tersenyum dan menjadi pendengar yang baik. Dan di akhir cerita, aku meminta maaf kepada beliau atas perbuatanku yang selalu kabur ketika akan mentoring.
            “Ya sudah gak apa-apa kok. Mbak maklum sama adek-adek kalo seperti itu. Sebelumnya sudah banyak yang kabur-kabur seperti itu. Mbak disini hanya ingin melaksanakan kewajiban mbak untuk berbagi ilmu sama adek-adek. Tinggal adek-adeknya aja mau nerima ilmunya atau gak.”Kata mbak nur dengan senyumannya yang khas.
            Kami pun larut dalam percakapan yang bermanfaat. Mbak nur memberikan sedikit tausiyah kepadaku dan aku merasa lebih nyaman serta bersemangat untuk mengikuti mentoring kembali.
            Aku menganggap mimpi surga dan neraka itu adalah sebuah hidayah-NYA yang aku sadar akhir-akhir ini aku begitu melupakan-NYA. Dan jum’at-jum’at berikutnya aku mulai rutin mengikuti mentoring hingga aku benar-benar selalu merasa haus akan ilmu karena ku tersadar ilmu itu sangatlah luas. Sehingga kapanpun dan dimanapun akan kukejar ilmu itu. Ilmu-ilmu yang akan mengantarkanku menghadap-NYA dalam keadaan mulia.
            Begitu banyak hal-hal baru yang kudapatkan dalam mentoring itu. Terkadang aku terkaget-kaget ketika mengetahui bahwa ibadah wajib yang selama ini kulakukan masih ada yang salah. Dan masih banyak lagi ilmu baru yang semakin lama membuatku untuk terus berusaha menjadi lebih baik dari sebelumnya. Kini seorang amel yang dulunya tidak tahu-menahu tentang mentoring, menjadi mentor di sebuah kampus swasta tertua di Indonesia. Dengan begitu aku seperti melihat diriku yang dulu di dalam adek-adek didikanku. Diriku yang butuh perhatian, pencerahan, dan arahan di setiap langkah-langkah menuju ridhoNYA. Saat ini aku terus berusaha untuk belajar dan mengajarkan ilmu yang telah aku miliki. Dengan mengajar, aku akan terus termotivasi untuk belajar. Terima kasih ya ALLAH atas hidayah yang Engkau berikan. Aku akan berusaha untuk terus bedakwah dan salah satunya menuntun adek-adek menteeku selama aku masih mampu karena-MU.
~sekian~