Rabu, 03 Juli 2013

MENTORINGKU SEJARAHKU


                  Gubraakk!! Aku beserta perlengkapan ospekku terjatuh di depan SMA Colombia. SMA swasta bernuansa islam yang disetarakan dengan negeri. Semua matapun tertuju padaku. Seorang senior laki-laki dengan wajah garangnya menghampiriku yang sedang berusaha untuk bangkit.
            “Hey anak baru, udah terlambat, cari perhatian pula, buruan masuk ke barisanmu!!”
            “Eh, iya kak.” Jawabku.
Dengan nafas yang masih terengah-engah, akupun berlari dan berusaha mencari barisanku dengan kode kelompok bertopi merah. Dalam barisan, aku bertemu dengan seorang wanita berjilbab besar dan ia mengajakku berkenalan lebih dulu.
            “Hai, aku nisa. Kamu teh siapa?” katanya dengan menjulurkan tangan dan tersenyum.
            “Oh iya aku amel.” jawabku.
Kamipun saling berjabat tangan dan saling melemparkan senyum termanis. Namun, adegan tersebut tidak lama dibuyarkan oleh seorang senior.
            “hey kalian berdua!! Siapa yang ngebolehin kalian kenalan di barisan ini? Baris yang rapi!! Belum waktunya kalian sok kenal sok dekat. Mengerti!!
            “I..iya kak.”
            “Ngomong apa kalian? Kalo jawab tuh yang keras!!”
            “Iya kak!!” teriakku dan nisa.
            “Nah gitu. Jangan mentang-mentang jilbab besar, suaranya dilembut-lembutin.”
            “Apa maksud perkataannya? Dia menyindir teman baruku. Huh kenapa nisa diam saja? Kalo aku jadi dia, sudah kulempar sepatuku ke mulutnya.” Batinku dengan menghela nafas.
Masa ospek berjalan begitu menegangkan namun menyenangkan karena selain aku mendapat teman-teman baru dengan berbagai karakter, dalam acara tersebut diselingi beberapa hiburan menarik, serta materi-materi tentang masa SMA yang akan kujalani. Aku berteman dengan susi yang centil dari Jakarta, sri yang anggun dari NTB(Nusa Tenggara Barat), dan nisa yang murah senyum dari Bandung. Sedangkan aku sendiri asli dari jawa. Kami selalu bersama-sama sejak kami resmi berteman. Ke kantin, berangkat sekolah, di kelas, hingga pulang sekolah pun kami bersama-sama.
Hingga suatu hari ketika di kantin kami makan bersama dan bercakap-cakap mendiskusikan sesuatu.
“Eh aku teh udah ikut organisasi ROHIS loh. Kumaha kalian teh udah ikut organisasi apa?” Kata nisa.
“Mm.. kalo gue ikut ekstrakurikuler paduan suara ajah udah cukup deh kagak mau nambah-nambah.” Sambung susi.
“Kalo daku ikut OSIS biar bisa deket ma guru-guru.. hihihi.” Lanjut sri.
“Hm.. dasar kamu teh ada maunya. Kalo kamu mel kumaha?” tanya nisa.
“Aku ikut apa yah..? Ndak tahu nih mau ikut apa. Habis banyak banget pilihannya, bagus-bagus dan asyik-asyik pula jadi bingung deh ikut yang mana.” Jawabku.
“elo kan orangnya semangat mel. Kenapa gak ikut taekwondo ajah. Kan keren tuh dan gue rasa cocok banget buat elo. Apalagi ada abang andi yang dulu bentak-bentak elo terus waktu ospek. Wah kesempatan tuh buat balas dendam..hohoho.” kata susi.
“Hus jangan balas dendam gitu atuh. Kan gak baik euy. Lagian ospek itu kan tujuannya uji mental kita yah dimaklumin ajah kalo akang-akangnya pada galak gitu. Mending ikut ROHIS bareng aku mel. Selain kita bisa nambah ilmu agama kita dikit-dikit, insyaALLAH kita juga bisa menanam pahala dikit-dikit disana.” Ajak nisa.
“Iya deh maaf bu ustadzah hehe. Emang ngapain ajah kegiatannya nis? Gue denger-denger tiap tahun ada agenda wajib mentoring yah yang katanya ROHIS itu yang buat.” Celetuk susi.
“Mentoring..?Makanan apaan tuh?” tanyaku dengan dahi yang mengkerut.
“Hahahaha..!!” tiba-tiba semua tertawa mendengar ucapanku barusan.
“mel.. mel.. itu bukan makanan, tapi sejenis pertemuan gitu dah. Lebih jelasnya, dijelasin bu ustadzah dah ni..hehe.” kata susi.
“Hm..okeh, jadi mentoring itu teh emang sebuah pertemuan, bener kata susi. Tapi pertemuan ini kayak sebuah forum yang di dalamnya mendiskusikan sesuatu karena mentoring adalah diskusi terfokus. Banyak macamnya mentoring itu. Kalo yang dibuat sama ROHIS disini, diskusinya terfokus dalam hal keagamaan apalagi sekolah kita nuansa islami tuh.” Jelas nisa.
“Kalo yang sembunyi-sembunyi itu apaan nis?? Yang kalo gak salah gue pernah nonton Sang Murabbi judul filmnya.” Tanya susi.
“Oo.. Kalo itu teh jaman dulu jamannya soeharto euy masih dicurigai gitu jadi pada sembunyi-sembunyi biar tetep jalan. Nah kalo sekarang malah dianjurkan soalnya udah terbuka dan emang manfaat banget buat kita apalagi remaja kayak kita-kita ini.” Jelas nisa.
“Tetooott tetoott tetooott” (bel masuk kelas berbunyi)
Ketika di kelas..
            “Yak anak-anak kita lanjutkan pembahasan minggu lalu yah.” Himbau guru.
Namun, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kelas.. “tok.. tok.. tok.. tok..”
            “Assalamu’alaikum bu, saya mohon izin untuk mengumumkan sesuatu.” Kata nisa.
            “Wa’alaikumsalam, Oh ya silahkan cah ayu.” Kata guru dengan senyumnya yang sumringah.
            Nisa yang kini sudah bergabung dalam organisasi keislaman itu mengumumkan kegiatan mentoring yang baru saja istirahat tadi kami diskusikan. Dan kegiatan perdana itu akan diadakan setelah bel pulang sekolah nanti secara beramai-ramai.
“tetooott..tetooott” (bel pulang sekolah)
            Kamipun para siswa baru berbondong-bondong menuju ke satu aula kosong yang disana sudah ada beberapa orang yang tampaknya senior dengan kostum mereka yang agak unik menurutku. Yang putri berjilbab besar sama dengan nisa dan yang putra bercelana panjang agak cingkrang ujungnya seperti baru melewati kawasan banjir pikirku. Namun ada sesuatu yang entah kenapa selain heran ku melihat mereka, seperti ada yang membuatku tertarik dengan mereka. Mm.. yah karisma, mereka memiliki karisma dengan senyuman yang mereka lemparkan. “sebenarnya apa yang ada dibalik semua ini?” pikirku.
            Tidak lama setelah senior-senior tadi memperkenalkan diri mereka masing-masing, dibentuklah kami dalam beberapa kelompok dan ternyata nisa juga termasuk peserta sama sepertiku. Entah kebetulan atau apa, aku, sri, susi, dan nisa berada dalam satu kelompok.
            “Nah temen-temen perkenalkan nama mba, nurhayati. Temen-temen bisa panggil mbak nur ajah.” Kata senior.
            “Hari ini dalam mentoring perdana, kita awali dengan saling ta’aruf. Karena tak kenal maka ta’aruf.” Lanjutnya.
            Kamipun hanyut dalam suasana saling mengenal satu sama lain dalam kelompok tersebut. Hingga akhirnya...
            “Alhamdulillah, pertemuan kita dengan momen ta’aruf berjalan lancar. Selanjutnya, kita menentukan waktu yang pas untuk pertemuan selanjutnya.” Sambung senior.
Namun tiba-tiba...
            “Bentar mbak.. sebenarnya mentoring ini wajib gak sih dari sekolah?” tanya susi.
            “Mm.. okey, mentoring ini memang tidak wajib dari sekolah. Namun, mentoring ini dapat menjadi penambah nilai pelajaran agama temen-temen. InsyaALLAH selain yang tadi, masih ada banyak lagi manfaat mentoring ini. Jadi, mbak harap temen-temen bisa rutin mengikuti agenda ini.” Jawab senior.
Semuanya hanya terdiam dan mengangguk-angguk..
            “Oh ya mba gimana teh kalo hari jum’at ajah pas yang laki-laki pada jum’atan.” Sambung nisa.
            “Mm.. boleh boleh. Gimana temen-temen yang lain?”tanya senior
            Beberapa ada yang menjawab “insyaALLAH yah mbak” dan yang lainnya hanya diam dengan mengangguk-angguk saja. Akhirnya terputuskanlah hari jum’at adalah hari agenda rutin mentoring aku dan teman-temanku dalam kelompok tersebut.
Jum’at depan kemudian...
            “Eh mel langsung pulang ajah yuk. Paling juga gak wajib kok mentoringnya.” Ajak susi.
            “Ih kan lumayan buat nambah-nambah nilai agama kita.” Kataku.
            “Nilai agama gampang kok dapet bagusnya. Udah yuk, gue udah pernah ikut mentoring gitu. Adanye ngebosenin tahu.” Kata susi.
            “Hemm... emang gitu yah?? Heranku.
            “iyah percaya deh, buruan mau ikut pulang gak? Keburu mbaknya datang tuh. Ntar gak bisa kabur kita.” Kata susi.
            Dengan keherananku, susi menarik tanganku dan sukses mengajakku untuk kabur dalam mentoring jum’at itu.
            Begitulah terus-menerus aku dan susi kabur di jum’at-jum’at berikutnya hingga aku terbiasa mengendap-ngendap dengan bersembunyi ketika ada mbak senior itu. Terkadang kami nyaris ketahuan ketika ingin kabur. Namun, kami tetap berlari untuk kabur.
Hingga suatu hari...
            “Mel elo kenapa?? Kok pucat gitu?? Tanya susi.
            “Gak tahu nih. Rasanya pusing, mual, masuk angin kali yah.” Jawabku dengan lemas.
            Lalu ketika kami hendak mencoba kabur untuk yang ke sekian kalinya, aku merasa lemas dan tak berdaya untuk berlari. Susi menggandeng tanganku dan mengajakku berlari. Namun, tiba-tiba pandanganku gelap dan saat itu juga tubuhku terjatuh. Bruuuk!!
            “Eh mel kamu kenapa?? Meellll!!!”
            Saat itu juga susi panik dan berteriak2 meminta tolong orang sekitar. Dan tidak lama badanku terasa terangkat namun aku tak mampu untuk membuka mata dan bergerak. Aku hanya mendengar suara-suara seperti di keramaian hingga akhirnya aku pun terlelap.
            Dalam tidurku aku bermimpi. Aku memasuki sebuah lorong yang gelap namun tampaknya luas. Tidak lama aku melihat ke arah atas ada 2 cahaya yang berbeda sebelah kanan dan kiri. Sebelah kanan tampak cahaya putih yang bersinar dan serasa damai. Sedangkan sebelah kiri tampak cahaya merah yang menyala-nyala bersamaan dengan suara-suara teriakan seperti orang yang sedang disakiti. Saat itu juga aku berpikir bahwa kedua tampilan itu adalah surga dan neraka. Dan aku terus berjalan melangkah hingga aku bertanya pada diriku sendiri, surga atau neraka??
            “Mel.. bangun mel..”
            Tidak lama aku terbangun dan terkejut melihat banyak orang di sekelilingku. Namun entah kenapa aku hanya dapat diam setelah aku sadar. Begitu banyak yang menanyakan keadaanku namun aku tidak menjawabnya. Rasanya mimpi itu masih terngiang-ngiang dalam pikiranku dan menghipnotisku sementara.
            Hingga disaat aku hanya berdua dengan seniorku itu, mbak nurhayati. Beliau menanyakan keadaanku dengan senyumannya yang meneduhkanku. Entah kenapa akhirnya aku mulai berbicara.
            “Saya udah gak apa-apa mbak. Cuman tadi saya memimpikan sesuatu.”Kataku.
            Aku pun menceritakan yang ada di pikiranku kepada mbak nur. Beliau hanya tersenyum dan menjadi pendengar yang baik. Dan di akhir cerita, aku meminta maaf kepada beliau atas perbuatanku yang selalu kabur ketika akan mentoring.
            “Ya sudah gak apa-apa kok. Mbak maklum sama adek-adek kalo seperti itu. Sebelumnya sudah banyak yang kabur-kabur seperti itu. Mbak disini hanya ingin melaksanakan kewajiban mbak untuk berbagi ilmu sama adek-adek. Tinggal adek-adeknya aja mau nerima ilmunya atau gak.”Kata mbak nur dengan senyumannya yang khas.
            Kami pun larut dalam percakapan yang bermanfaat. Mbak nur memberikan sedikit tausiyah kepadaku dan aku merasa lebih nyaman serta bersemangat untuk mengikuti mentoring kembali.
            Aku menganggap mimpi surga dan neraka itu adalah sebuah hidayah-NYA yang aku sadar akhir-akhir ini aku begitu melupakan-NYA. Dan jum’at-jum’at berikutnya aku mulai rutin mengikuti mentoring hingga aku benar-benar selalu merasa haus akan ilmu karena ku tersadar ilmu itu sangatlah luas. Sehingga kapanpun dan dimanapun akan kukejar ilmu itu. Ilmu-ilmu yang akan mengantarkanku menghadap-NYA dalam keadaan mulia.
            Begitu banyak hal-hal baru yang kudapatkan dalam mentoring itu. Terkadang aku terkaget-kaget ketika mengetahui bahwa ibadah wajib yang selama ini kulakukan masih ada yang salah. Dan masih banyak lagi ilmu baru yang semakin lama membuatku untuk terus berusaha menjadi lebih baik dari sebelumnya. Kini seorang amel yang dulunya tidak tahu-menahu tentang mentoring, menjadi mentor di sebuah kampus swasta tertua di Indonesia. Dengan begitu aku seperti melihat diriku yang dulu di dalam adek-adek didikanku. Diriku yang butuh perhatian, pencerahan, dan arahan di setiap langkah-langkah menuju ridhoNYA. Saat ini aku terus berusaha untuk belajar dan mengajarkan ilmu yang telah aku miliki. Dengan mengajar, aku akan terus termotivasi untuk belajar. Terima kasih ya ALLAH atas hidayah yang Engkau berikan. Aku akan berusaha untuk terus bedakwah dan salah satunya menuntun adek-adek menteeku selama aku masih mampu karena-MU.
~sekian~

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               

Senin, 17 Juni 2013

ALLAH MENGAJARIKU BERSYUKUR DARI SELEMBAR NOMINAL YANG SOBEK


Kisah ini diawali dengan sedikit kekecewaan yang melanda..

Malam itu, saya sedang bertapa di Perpustakaan Pusat Universitas untuk mencari bahan dan mengerjakan tugas. Ternyata sekitar pukul 20.00wib tiba-tiba listrik mati. Serentak kagetlah seluruh penghuni perpustakaan tersebut disamping berharap akan segera hidup kembali dengan adanya Genset (Listrik cadangan). Namun setelah lewat setengah jam belum juga ada tanda-tanda listrik hidup kembali. Saya pun masih dengan tenangnya mengetik ria tugas dari bahan yang dengan gembira saya telah menemukannya.

Tanpa disadari ditengah kegelapan yang mungkin sudah lumayan saya menikmatinya ada suara seorang bapak berkata "Mbak, kita sudah mau tutup ajah mbak soalnya udah gak mungkin hidup listriknya". Hmm.. mungkin dalam arti saya mulai diusir. "Mbak kok gelap-gelap sendirian aja mbak? Gak takut po mbak?".. "Wah hahaha saya juga baru nyadar pak kalo ternyata tinggal saya sendiri disini. Saking asyiknya mungkin pak :D" jawab saya. Selanjutnya, dengan sedikit kekecewaan karena bahan yang saya temukan tak dapat dipinjam alias bawa pulang saya harus meninggalkan tempat tersebut.

Saat itu kira-kira jam 20.30wib saya mulai pulang turun ke bawah dan mengisi bensin di pom bensin pinggir jalan kaliurang. Saat pembayaran, saya mengeluarkan selembar uang kertas 20ribu. Namun, "Mbak uangnya sobek mbak, kami ndak bisa nerima" kata penjaga bensin. Kagetlah saya serentak dengan pandangan para pelanggan bensin lainnya yang tertuju pada saya serta wajah tanpa senyum mengerutkan dahi dari penjaga bensin tersebut. Kemudian saya meminggirkan motor dan mencari nominal yang lainnya. Alhasil, ternyata uang saya tinggal selembar nominal yang sobek tersebut. Saya mencari ATM di pom bensin tersebut ternyata mati listrik juga. Akhirnya, saya pun meminta ijin untuk ke bawah mencari ATM yang hidup. Penjaga pom bensin itu mengiyakan namun masih dengan raut wajah tanpa senyum dan mengerutkan dahi.

Saya pun melajukan motor untuk mencari ATM yang hidup. Hmm.. lumayan juga perjalanan yang mati listrik berkilo-kilo namun akhirnya ada juga ATM yang hidup di pinggir jalan. Setelah itu, saya kembali ke atas lagi untuk membayarkan "Hutang" saya. Dan saat pembayaran hutang itu, akhirnya saya mendapati senyum bahagia penjaga pom bensin itu. Dengan perkataan maaf saya lantas segera kembali ke motor dan melaju pulang ke bawah.

Di perjalanan saya berpikir. Coba saja kalau saya tidak diusir dan dibiarkan di perpustakaan hingga jam tutup perpustakaan 21.30wib. Entahlah, jam berapa malamnya saya sampai ke rumah. Padahal perjalanan pulang ke rumah yang normal saja sekitar 30-45 menit. Disinilah letak bersyukurnya saya dapat pulang lebih awal yang sebelumnya kecewa karena diusir lebih dulu dari perpustakaan.

Terimakasih Allah, yang telah mengajariku rasa bersyukur dari selembar nominal yang sobek..

Sabtu, 04 Mei 2013

Allah Maha Mendengar Walau Hanya Celotehan Hati




-Bismillaahirrahmaanirrahiim-


Keinginan untuk pergi keluar negri mulai muncul sejak saya duduk di bangku SD. Saat itu  ada guru yang menjelaskan tentang Negara Singapore yang dibilang negara paling bersih di dunia karena orang yang membuang sampah sembarangan disana akan dikenai denda 6 juta. Keinginan saya pun untuk ke Singapore mulai muncul disinyalir dari kehidupan di Indonesia yang dimana-mana selalu ada sampah berserakan seakan-akan masih belum percaya ada negara bebas sampah di dunia.

Namun, bahasan utama bukanlah itu. semakin bertambahnya waktu, ilmu tentang umrah dan haji pun mulai diberikan. Tentang ka’bah sebagai pusat kiblat para umat islam, tentang kelebihan-kelebihan beribadah di Masjidil Haram, dll. Keinginan yang sangat untuk bisa ke Baitullah baru mulai tumbuh saat saya SMA. Disisi lain, revolusi untuk bisa istiqomah menutup aurat pun ikut membersamai. Sejak itu, begitu banyak keinginan untuk ke luar negri apalagi rencana untuk melanjutkan studi di universitas sudah perlu dipikirkan. Dan ternyata memang saya dapat universitas luar negri, swasta :D hehe.

Perkataan yang saya nyatakan, tulisan yang  saya torehkan, selalu ada keinginan untuk dapat keliling dunia terutama yang sedari kecil sudah membuat saya penasaran yaitu Singapore. Namun, di setiap perkataan saya, di setiap tulisan yang tertoreh, hati ini selalu ada yang ikut berceloteh. Ketika saya berkata ingin ke Singapore, hatipun berceloteh “Tapi sebelumnya ingin ke Baitullah dulu”. Ketika saya berkata ingin ke swiss dimana tempat penghasil keju yang saya suka, hatipun berceloteh “Tapi sebelumnya ingin ke Baitullah dulu”. Ketika saya ingin ke paris dimana tempat karya-karya arsitektur ternama, hatipun berceloteh “Tapi sebelumnya ingin ke Baitullah dulu”. Dan begitulah seterusnya seakan-akan telah menjadi sebuah reflek ketika begitu banyak keinginan untuk keluar negri,  hatipun selalu berceloteh “Tapi sebelumnya ingin ke Baitullah dulu”. Rasanya, ada keraguan untuk bisa keluar negri sebelum mengunjungi Baitullah.

Alhamdulillah ternyata Allah Maha Mendengar walau hanya celotehan hati. Paspor pertama saya menuju ke Baitullah, Subhanallahi Walhamdulillah Wa laailaahailallahu Allaahuakbar..

Sebelumnya, saya pun pernah mendapati kebesaranNYA pada orang lain. Ada seorang wanita yang ketika ditanya “Kapan menikah?”, dia menjawab “insyaAllah setelah apoteker”. Begitulah jawabannya setiap ada pertanyaan tersebut. Disaat sebelum menjadi apoteker ternyata ada yang melamarnya, diterima, namun ternyata di tengah jalan ada kendala yg mengharuskan pembatalan pernikahannya. Waktu demi waktu, ternyata wanita tersebut menikah juga. Ya, setelah dia mendapat gelar apoteker :D. Mungkin jika ada yang ditanya “Kapan target hafal Al-qur’an?” jawabannya “Sebelum menikah”, bisa jadi Allah belum mengijinkan sebuah pernikahan sebelum usai menghafal Al-qur’an. Mungkin jika ada yang ditanya “Kapan mau menikah?” jawabannya “umur 25 tahun”, bisa jadi Allah baru mendatangkan jodoh dan kemantapan setelah umur 25 tahun. Beberapa perumpamaan tersebut adalah pertanyaan dan jawaban yang sering saya dapati.

Allah itu Maha Mendengar celotehan hati hambaNYA, apalagi perkataan yang terucap. Disinilah peran barakahnya “Diam itu Emas” untuk bisa berpikir dulu sebelum berkata.

“Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi.” (QS. Thaahaa : 7)
Silahkan jika ada perkataan yang kurang pas bisa berbagi saran. Maklum, masih penulis amatir :D hehe.. Salam Sukses untuk semua ^_^..

Senin, 04 Maret 2013

Ya.. PERLU PERUBAHAN!!


                Malam ini, mungkin bisa dikata adalah malam penyesalan karena diri ini telah menyia-nyiakan waktu yang ada. Melihat teman-teman yang lain telah mengajukan miniproposal penelitiannya dan memandangi diri ini pun masih berpikiran untuk menambah 1 semester untuk dapat meraih predikat sarjana.
                Kubuka segala video, kata-kata motivasi yang kurencanakan untuk dapat memotivasi diri. Kudapati begitu banyak kata perubahan untuk bisa meraih sebuah kesuksesan. Mengubah segala kebiasaan yang tidak bermanfaat dan menyia-nyiakan waktu. Mungkin berada dalam kebaikan pernah kualami, berada dalam keburukan pun sudah. Namun, ketika berada dalam kebaikan itu ku belum mampu untuk dapat istiqomah. Hati dan pikiranku berkecamuk rasanya ketika diliputi ketakutan untuk merubah diri. Kekuwatiran yang mengelabuti apakah ku bisa melakukannya. Namun, aku tak tega membiarkan diri untuk tidak mempercayai diri sendiri.
                Begitu banyak mimpi yang belum tercapai karena kelalaianku. Jika memang aku belum terlalu bisa dikatakan pintar, aku akan mencoba untuk menjadi yang rajin dan disiplin yang katanya dapat mengalahkan orang yang pintar. Aku tidak terlalu memikirkan menang atau kalahnya, tapi aku memikirkan yang akan terjadi pada diri pribadi. Semua perlu kerapian dan tentu saja istiqomah yg senantiasa ku berharap meraihnya semua itu berada dalam kesungguhan. Sedangkan semua itu akan membuat kita mudah lelah ketika tidak dibarengi dengan kesabaran.
                Sabar dan bersungguh-sungguh. Kita lihat, perubahan apa yang akan terjadi pada pribadi ini. Kali ini berharap dan berusaha untuk tidak jatuh kesekian kalinya di lubang yang sama. Semangaaaat \(^o^)/!!!!

Senin, 15 Oktober 2012

Contoh Surat Pernyataan Calon Pemandu (Musyrif/ah) 2012-2013

Yogyakarta, 11 Oktober 2012
Kepada Yth. DPPAI UII
Di tempat

Assalamu'alaikum. wr. wb

Sehubungan dengan dibukanya pendaftaran sebagai Musyrif/ah (Pemandu) ONDI, LKID dan Pesantrenisasi 2012-2013, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama           :
NIM            :
Fak/Jurusan  :
Angkatan      :

Bermaksud untuk mengajukan diri dengan syarat-syarat kompetensi yang ditetapkan, yaitu :
1. Memiliki wawasan keislaman (teori dan praktik)
2. Mempunyai jiwa pembimbing
3. Siap mengajar dan membimbing
4. Berpenampilan menarik dan sopan
5. Berakhlak yang baik (ikhlas, sabar, amanah, dll)
6. Bersedia mengikuti aturan yang berlaku

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya sebagai bahan pertimbangan.

Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih

Wassalamu'alaikum. wr. wb

Hormat saya

TTD

(Nama lengkap)

NB : Ditulis tangan