Gubraakk!! Aku beserta perlengkapan ospekku terjatuh di
depan SMA Colombia. SMA swasta bernuansa islam yang disetarakan dengan negeri.
Semua matapun tertuju padaku. Seorang senior laki-laki dengan wajah garangnya
menghampiriku yang sedang berusaha untuk bangkit.
“Hey anak baru, udah terlambat, cari perhatian pula,
buruan masuk ke barisanmu!!”
“Eh, iya kak.” Jawabku.
Dengan nafas yang masih
terengah-engah, akupun berlari dan berusaha mencari barisanku dengan kode
kelompok bertopi merah. Dalam barisan, aku bertemu dengan seorang wanita
berjilbab besar dan ia mengajakku berkenalan lebih dulu.
“Hai, aku nisa. Kamu teh siapa?” katanya dengan
menjulurkan tangan dan tersenyum.
“Oh iya aku amel.” jawabku.
Kamipun saling berjabat
tangan dan saling melemparkan senyum termanis. Namun, adegan tersebut tidak
lama dibuyarkan oleh seorang senior.
“hey kalian berdua!! Siapa yang ngebolehin kalian kenalan
di barisan ini? Baris yang rapi!! Belum waktunya kalian sok kenal sok dekat.
Mengerti!!
“I..iya kak.”
“Ngomong apa kalian? Kalo jawab tuh yang keras!!”
“Iya kak!!” teriakku dan nisa.
“Nah gitu. Jangan mentang-mentang jilbab besar, suaranya
dilembut-lembutin.”
“Apa maksud perkataannya? Dia menyindir teman baruku. Huh
kenapa nisa diam saja? Kalo aku jadi dia, sudah kulempar sepatuku ke mulutnya.”
Batinku dengan menghela nafas.
Masa
ospek berjalan begitu menegangkan namun menyenangkan karena selain aku mendapat
teman-teman baru dengan berbagai karakter, dalam acara tersebut diselingi
beberapa hiburan menarik, serta materi-materi tentang masa SMA yang akan
kujalani. Aku berteman dengan susi yang centil dari Jakarta, sri yang anggun
dari NTB(Nusa Tenggara Barat), dan nisa yang murah senyum dari Bandung.
Sedangkan aku sendiri asli dari jawa. Kami selalu bersama-sama sejak kami resmi
berteman. Ke kantin, berangkat sekolah, di kelas, hingga pulang sekolah pun
kami bersama-sama.
Hingga
suatu hari ketika di kantin kami makan bersama dan bercakap-cakap mendiskusikan
sesuatu.
“Eh
aku teh udah ikut organisasi ROHIS loh. Kumaha kalian teh udah ikut organisasi
apa?” Kata nisa.
“Mm..
kalo gue ikut ekstrakurikuler paduan suara ajah udah cukup deh kagak mau
nambah-nambah.” Sambung susi.
“Kalo
daku ikut OSIS biar bisa deket ma guru-guru.. hihihi.” Lanjut sri.
“Hm..
dasar kamu teh ada maunya. Kalo kamu mel kumaha?” tanya nisa.
“Aku
ikut apa yah..? Ndak tahu nih mau ikut apa. Habis banyak banget pilihannya,
bagus-bagus dan asyik-asyik pula jadi bingung deh ikut yang mana.” Jawabku.
“elo
kan orangnya semangat mel. Kenapa gak ikut taekwondo ajah. Kan keren tuh dan
gue rasa cocok banget buat elo. Apalagi ada abang andi yang dulu bentak-bentak
elo terus waktu ospek. Wah kesempatan tuh buat balas dendam..hohoho.” kata
susi.
“Hus
jangan balas dendam gitu atuh. Kan gak baik euy. Lagian ospek itu kan tujuannya
uji mental kita yah dimaklumin ajah kalo akang-akangnya pada galak gitu.
Mending ikut ROHIS bareng aku mel. Selain kita bisa nambah ilmu agama kita
dikit-dikit, insyaALLAH kita juga bisa menanam pahala dikit-dikit disana.” Ajak
nisa.
“Iya
deh maaf bu ustadzah hehe. Emang ngapain ajah kegiatannya nis? Gue
denger-denger tiap tahun ada agenda wajib mentoring yah yang katanya ROHIS itu
yang buat.” Celetuk susi.
“Mentoring..?Makanan
apaan tuh?” tanyaku dengan dahi yang mengkerut.
“Hahahaha..!!”
tiba-tiba semua tertawa mendengar ucapanku barusan.
“mel..
mel.. itu bukan makanan, tapi sejenis pertemuan gitu dah. Lebih jelasnya,
dijelasin bu ustadzah dah ni..hehe.” kata susi.
“Hm..okeh,
jadi mentoring itu teh emang sebuah pertemuan, bener kata susi. Tapi pertemuan
ini kayak sebuah forum yang di dalamnya mendiskusikan sesuatu karena mentoring
adalah diskusi terfokus. Banyak macamnya mentoring itu. Kalo yang dibuat sama ROHIS
disini, diskusinya terfokus dalam hal keagamaan apalagi sekolah kita nuansa
islami tuh.” Jelas nisa.
“Kalo
yang sembunyi-sembunyi itu apaan nis?? Yang kalo gak salah gue pernah nonton
Sang Murabbi judul filmnya.” Tanya susi.
“Oo..
Kalo itu teh jaman dulu jamannya soeharto euy masih dicurigai gitu jadi pada
sembunyi-sembunyi biar tetep jalan. Nah kalo sekarang malah dianjurkan soalnya
udah terbuka dan emang manfaat banget buat kita apalagi remaja kayak kita-kita
ini.” Jelas nisa.
“Tetooott tetoott tetooott”
(bel masuk kelas berbunyi)
Ketika di kelas..
“Yak anak-anak kita lanjutkan pembahasan minggu lalu
yah.” Himbau guru.
Namun, tiba-tiba ada
yang mengetuk pintu kelas.. “tok.. tok.. tok.. tok..”
“Assalamu’alaikum bu, saya mohon izin untuk mengumumkan sesuatu.”
Kata nisa.
“Wa’alaikumsalam, Oh ya silahkan cah ayu.” Kata guru
dengan senyumnya yang sumringah.
Nisa yang kini sudah bergabung dalam organisasi keislaman
itu mengumumkan kegiatan mentoring yang baru saja istirahat tadi kami
diskusikan. Dan kegiatan perdana itu akan diadakan setelah bel pulang sekolah
nanti secara beramai-ramai.
“tetooott..tetooott”
(bel pulang sekolah)
Kamipun para siswa baru berbondong-bondong menuju ke satu
aula kosong yang disana sudah ada beberapa orang yang tampaknya senior dengan
kostum mereka yang agak unik menurutku. Yang putri berjilbab besar sama dengan
nisa dan yang putra bercelana panjang agak cingkrang ujungnya seperti baru
melewati kawasan banjir pikirku. Namun ada sesuatu yang entah kenapa selain
heran ku melihat mereka, seperti ada yang membuatku tertarik dengan mereka.
Mm.. yah karisma, mereka memiliki karisma dengan senyuman yang mereka
lemparkan. “sebenarnya apa yang ada dibalik semua ini?” pikirku.
Tidak lama setelah senior-senior tadi memperkenalkan diri
mereka masing-masing, dibentuklah kami dalam beberapa kelompok dan ternyata
nisa juga termasuk peserta sama sepertiku. Entah kebetulan atau apa, aku, sri,
susi, dan nisa berada dalam satu kelompok.
“Nah temen-temen perkenalkan nama mba, nurhayati.
Temen-temen bisa panggil mbak nur ajah.” Kata senior.
“Hari ini dalam mentoring perdana, kita awali dengan
saling ta’aruf. Karena tak kenal maka ta’aruf.” Lanjutnya.
Kamipun hanyut dalam suasana saling mengenal satu sama
lain dalam kelompok tersebut. Hingga akhirnya...
“Alhamdulillah, pertemuan kita dengan momen ta’aruf
berjalan lancar. Selanjutnya, kita menentukan waktu yang pas untuk pertemuan
selanjutnya.” Sambung senior.
Namun tiba-tiba...
“Bentar mbak.. sebenarnya mentoring ini wajib gak sih
dari sekolah?” tanya susi.
“Mm.. okey, mentoring ini memang tidak wajib dari
sekolah. Namun, mentoring ini dapat menjadi penambah nilai pelajaran agama
temen-temen. InsyaALLAH selain yang tadi, masih ada banyak lagi manfaat
mentoring ini. Jadi, mbak harap temen-temen bisa rutin mengikuti agenda ini.”
Jawab senior.
Semuanya hanya terdiam
dan mengangguk-angguk..
“Oh ya mba gimana teh kalo hari jum’at ajah pas yang
laki-laki pada jum’atan.” Sambung nisa.
“Mm.. boleh boleh. Gimana temen-temen yang lain?”tanya
senior
Beberapa ada yang menjawab “insyaALLAH yah mbak” dan yang
lainnya hanya diam dengan mengangguk-angguk saja. Akhirnya terputuskanlah hari
jum’at adalah hari agenda rutin mentoring aku dan teman-temanku dalam kelompok
tersebut.
Jum’at depan
kemudian...
“Eh mel langsung pulang ajah yuk. Paling juga gak wajib
kok mentoringnya.” Ajak susi.
“Ih kan lumayan buat nambah-nambah nilai agama kita.”
Kataku.
“Nilai agama gampang kok dapet bagusnya. Udah yuk, gue
udah pernah ikut mentoring gitu. Adanye ngebosenin tahu.” Kata susi.
“Hemm... emang gitu yah?? Heranku.
“iyah percaya deh, buruan mau ikut pulang gak? Keburu
mbaknya datang tuh. Ntar gak bisa kabur kita.” Kata susi.
Dengan keherananku, susi menarik tanganku dan sukses
mengajakku untuk kabur dalam mentoring jum’at itu.
Begitulah terus-menerus aku dan susi kabur di
jum’at-jum’at berikutnya hingga aku terbiasa mengendap-ngendap dengan
bersembunyi ketika ada mbak senior itu. Terkadang kami nyaris ketahuan ketika
ingin kabur. Namun, kami tetap berlari untuk kabur.
Hingga suatu hari...
“Mel elo kenapa?? Kok pucat gitu?? Tanya susi.
“Gak tahu nih. Rasanya pusing, mual, masuk angin kali
yah.” Jawabku dengan lemas.
Lalu ketika kami hendak mencoba kabur untuk yang ke
sekian kalinya, aku merasa lemas dan tak berdaya untuk berlari. Susi
menggandeng tanganku dan mengajakku berlari. Namun, tiba-tiba pandanganku gelap
dan saat itu juga tubuhku terjatuh. Bruuuk!!
“Eh mel kamu kenapa?? Meellll!!!”
Saat itu juga susi panik dan berteriak2 meminta tolong
orang sekitar. Dan tidak lama badanku terasa terangkat namun aku tak mampu
untuk membuka mata dan bergerak. Aku hanya mendengar suara-suara seperti di
keramaian hingga akhirnya aku pun terlelap.
Dalam tidurku aku bermimpi. Aku memasuki sebuah lorong
yang gelap namun tampaknya luas. Tidak lama aku melihat ke arah atas ada 2
cahaya yang berbeda sebelah kanan dan kiri. Sebelah kanan tampak cahaya putih
yang bersinar dan serasa damai. Sedangkan sebelah kiri tampak cahaya merah yang
menyala-nyala bersamaan dengan suara-suara teriakan seperti orang yang sedang
disakiti. Saat itu juga aku berpikir bahwa kedua tampilan itu adalah surga dan
neraka. Dan aku terus berjalan melangkah hingga aku bertanya pada diriku
sendiri, surga atau neraka??
“Mel.. bangun mel..”
Tidak lama aku terbangun dan terkejut melihat banyak
orang di sekelilingku. Namun entah kenapa aku hanya dapat diam setelah aku
sadar. Begitu banyak yang menanyakan keadaanku namun aku tidak menjawabnya.
Rasanya mimpi itu masih terngiang-ngiang dalam pikiranku dan menghipnotisku
sementara.
Hingga disaat aku hanya berdua dengan seniorku itu, mbak
nurhayati. Beliau menanyakan keadaanku dengan senyumannya yang meneduhkanku.
Entah kenapa akhirnya aku mulai berbicara.
“Saya udah gak apa-apa mbak. Cuman tadi saya memimpikan
sesuatu.”Kataku.
Aku pun menceritakan yang ada di pikiranku kepada mbak
nur. Beliau hanya tersenyum dan menjadi pendengar yang baik. Dan di akhir
cerita, aku meminta maaf kepada beliau atas perbuatanku yang selalu kabur
ketika akan mentoring.
“Ya sudah gak apa-apa kok. Mbak maklum sama adek-adek
kalo seperti itu. Sebelumnya sudah banyak yang kabur-kabur seperti itu. Mbak
disini hanya ingin melaksanakan kewajiban mbak untuk berbagi ilmu sama
adek-adek. Tinggal adek-adeknya aja mau nerima ilmunya atau gak.”Kata mbak nur
dengan senyumannya yang khas.
Kami pun larut dalam percakapan yang bermanfaat. Mbak nur
memberikan sedikit tausiyah kepadaku dan aku merasa lebih nyaman serta
bersemangat untuk mengikuti mentoring kembali.
Aku menganggap mimpi surga dan neraka itu adalah sebuah
hidayah-NYA yang aku sadar akhir-akhir ini aku begitu melupakan-NYA. Dan
jum’at-jum’at berikutnya aku mulai rutin mengikuti mentoring hingga aku
benar-benar selalu merasa haus akan ilmu karena ku tersadar ilmu itu sangatlah
luas. Sehingga kapanpun dan dimanapun akan kukejar ilmu itu. Ilmu-ilmu yang
akan mengantarkanku menghadap-NYA dalam keadaan mulia.
Begitu banyak hal-hal baru yang kudapatkan dalam
mentoring itu. Terkadang aku terkaget-kaget ketika mengetahui bahwa ibadah
wajib yang selama ini kulakukan masih ada yang salah. Dan masih banyak lagi
ilmu baru yang semakin lama membuatku untuk terus berusaha menjadi lebih baik
dari sebelumnya. Kini seorang amel yang dulunya tidak tahu-menahu tentang
mentoring, menjadi mentor di sebuah kampus swasta tertua di Indonesia. Dengan
begitu aku seperti melihat diriku yang dulu di dalam adek-adek didikanku.
Diriku yang butuh perhatian, pencerahan, dan arahan di setiap langkah-langkah
menuju ridhoNYA. Saat ini aku terus berusaha untuk belajar dan mengajarkan ilmu
yang telah aku miliki. Dengan mengajar, aku akan terus termotivasi untuk
belajar. Terima kasih ya ALLAH atas hidayah yang Engkau berikan. Aku akan
berusaha untuk terus bedakwah dan salah satunya menuntun adek-adek menteeku
selama aku masih mampu karena-MU.
~sekian~