Senin, 17 Juni 2013

ALLAH MENGAJARIKU BERSYUKUR DARI SELEMBAR NOMINAL YANG SOBEK


Kisah ini diawali dengan sedikit kekecewaan yang melanda..

Malam itu, saya sedang bertapa di Perpustakaan Pusat Universitas untuk mencari bahan dan mengerjakan tugas. Ternyata sekitar pukul 20.00wib tiba-tiba listrik mati. Serentak kagetlah seluruh penghuni perpustakaan tersebut disamping berharap akan segera hidup kembali dengan adanya Genset (Listrik cadangan). Namun setelah lewat setengah jam belum juga ada tanda-tanda listrik hidup kembali. Saya pun masih dengan tenangnya mengetik ria tugas dari bahan yang dengan gembira saya telah menemukannya.

Tanpa disadari ditengah kegelapan yang mungkin sudah lumayan saya menikmatinya ada suara seorang bapak berkata "Mbak, kita sudah mau tutup ajah mbak soalnya udah gak mungkin hidup listriknya". Hmm.. mungkin dalam arti saya mulai diusir. "Mbak kok gelap-gelap sendirian aja mbak? Gak takut po mbak?".. "Wah hahaha saya juga baru nyadar pak kalo ternyata tinggal saya sendiri disini. Saking asyiknya mungkin pak :D" jawab saya. Selanjutnya, dengan sedikit kekecewaan karena bahan yang saya temukan tak dapat dipinjam alias bawa pulang saya harus meninggalkan tempat tersebut.

Saat itu kira-kira jam 20.30wib saya mulai pulang turun ke bawah dan mengisi bensin di pom bensin pinggir jalan kaliurang. Saat pembayaran, saya mengeluarkan selembar uang kertas 20ribu. Namun, "Mbak uangnya sobek mbak, kami ndak bisa nerima" kata penjaga bensin. Kagetlah saya serentak dengan pandangan para pelanggan bensin lainnya yang tertuju pada saya serta wajah tanpa senyum mengerutkan dahi dari penjaga bensin tersebut. Kemudian saya meminggirkan motor dan mencari nominal yang lainnya. Alhasil, ternyata uang saya tinggal selembar nominal yang sobek tersebut. Saya mencari ATM di pom bensin tersebut ternyata mati listrik juga. Akhirnya, saya pun meminta ijin untuk ke bawah mencari ATM yang hidup. Penjaga pom bensin itu mengiyakan namun masih dengan raut wajah tanpa senyum dan mengerutkan dahi.

Saya pun melajukan motor untuk mencari ATM yang hidup. Hmm.. lumayan juga perjalanan yang mati listrik berkilo-kilo namun akhirnya ada juga ATM yang hidup di pinggir jalan. Setelah itu, saya kembali ke atas lagi untuk membayarkan "Hutang" saya. Dan saat pembayaran hutang itu, akhirnya saya mendapati senyum bahagia penjaga pom bensin itu. Dengan perkataan maaf saya lantas segera kembali ke motor dan melaju pulang ke bawah.

Di perjalanan saya berpikir. Coba saja kalau saya tidak diusir dan dibiarkan di perpustakaan hingga jam tutup perpustakaan 21.30wib. Entahlah, jam berapa malamnya saya sampai ke rumah. Padahal perjalanan pulang ke rumah yang normal saja sekitar 30-45 menit. Disinilah letak bersyukurnya saya dapat pulang lebih awal yang sebelumnya kecewa karena diusir lebih dulu dari perpustakaan.

Terimakasih Allah, yang telah mengajariku rasa bersyukur dari selembar nominal yang sobek..